WARTAGEMA.COM, Banda Aceh – Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Banda Aceh, Drs Tgk H Ameer Hamzah MSi, menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh kepada Wali Kota Banda Aceh atas langkah tegas dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar, khususnya dalam melakukan penggerebekan terhadap tempat-tempat maksiat yang selama ini luput dari perhatian.
Hal itu disampaikan Tgk Ameer Hamzah dalam kegiatan Kajian dan Halaqah Subuh yang berlangsung di Masjid Raya Baiturrahman, Kamis (17/4/2025).
“Kami ucapkan tahniah, selamat, dan doa semoga Ibu Wali Kota selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT. Apa yang dilakukan beliau adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar,” ujarnya.
Ia mengutip firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 104, yang menyebutkan bahwa orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah golongan yang beruntung. “Kami semua di belakang Ibu Wali Kota. Karena maksiat adalah sumber malapetaka dan ancaman bagi masyarakat, khususnya di Banda Aceh,” tegasnya.
Dalam ceramahnya, Tgk Ameer Hamzah juga mengingatkan pentingnya dakwah dimulai dari diri sendiri. Ia mengajak masyarakat untuk memperbaiki diri dengan disiplin dalam ibadah, menjaga lisan, dan menepati janji.
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Ibdā’ binafsik’—mulailah dari dirimu sendiri. Jika kita belum shalat tepat waktu atau sering berkata kasar, mari kita perbaiki. Ini adalah bentuk dakwah pribadi,” katanya.
Selain itu, ia menyoroti fenomena berkurangnya kesadaran dalam berpakaian sesuai syariat, khususnya di kalangan perempuan muda. Ia menyayangkan masih adanya remaja putri yang mengenakan jilbab secara tidak sempurna, bahkan hanya sebagai formalitas belaka.
“Padahal, jilbab yang benar adalah longgar, tidak tipis, tidak ketat, dan tidak menonjolkan bentuk tubuh. Mirisnya, di jalan-jalan Banda Aceh, kita justru melihat pakaian yang tidak sesuai syariat dikenakan oleh kaum perempuan dari kalangan berada,” ungkapnya.
Tgk Ameer Hamzah menekankan pentingnya peran keluarga dalam membina akhlak dan kesadaran beragama. Ia juga menyampaikan bahwa adat Aceh tidak bertentangan dengan syariat Islam, melainkan saling melengkapi.
Selama lebih dari 30 tahun mengabdi di Majelis Adat Aceh, termasuk 15 tahun di tingkat provinsi dan lebih dari 10 tahun di tingkat kota, ia terus berjuang menegakkan nilai-nilai syariat dalam adat istiadat, termasuk dalam hal busana dan etika di tempat ibadah.
“Kami bahkan menyediakan jilbab di pintu Masjid Raya bagi yang belum memakai. Meskipun sempat mendapat tantangan, alhamdulillah mereka akhirnya mengerti dan mendukung,” ujarnya.
Ia juga mengenang peristiwa ketika mendapat ancaman dari oknum yang tidak setuju terhadap penegakan syariat. Namun, ia tidak gentar. “Saya katakan, silakan tembak saya. Tapi ingat, setelah saya mati, Bapak akan kehilangan jabatan,” katanya, disambut tawa hadirin.
Menurutnya, penerapan syariat Islam di Aceh telah menunjukkan hasil positif. Kini, seluruh polwan, Kowad, bahkan penyiar televisi lokal di Aceh, telah mengenakan jilbab. Bahkan, perempuan non-Muslim di Aceh juga turut mengenakannya sebagai bentuk penghormatan, bukan karena paksaan.
Menutup tausiyahnya, Tgk Ameer Hamzah mengajak seluruh masyarakat untuk terus menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. “Ilmu adalah cahaya yang akan membimbing kita sampai akhir hayat. Mari hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan hadis sahih,” pungkasnya. [MM]