KSBM Dorong Kemandirian Santriwati Melalui Penguatan Softskill

WARTAGEMA.COM,  Aceh Besar— Komunitas Santri Berdaya dan Mandiri (KSBM) menggelar kegiatan sosialisasi bertajuk “Santriwati Menginspirasi” di Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie, Aceh Besar, pada Ahad (11/5).

Kegiatan ini mengangkat tema “Softskill itu Keren: Santri Perempuan Cerdas, Mandiri, dan Berkemajuan”, dengan menghadirkan Ustazah Zikra Azizi Luqman sebagai narasumber utama. Ustazah Zikra merupakan seorang wirausahawan sekaligus alumni Dayah MUDI yang kini sukses membangun usaha di bidangnya.

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan santriwati tentang pentingnya penguasaan softskill sebagai bekal produktivitas dan kemandirian setelah menyelesaikan pendidikan di dayah. Melalui kehadiran alumni sukses sebagai panutan, para santriwati diharapkan tidak hanya unggul dalam bidang keagamaan, tetapi juga memiliki kesiapan dalam aspek ekonomi dan keterampilan hidup.

Komunitas KSBM sendiri digagas oleh Saidil Mukammil Bawarith, santri Dayah MUDI yang aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan, baik di dalam maupun luar negeri. Saidil pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Kabupaten Pidie Jaya, serta menjadi Youth Program Coordinator saat menjalani magang di organisasi non-pemerintah Asian Resources Foundation (ARF) di Thailand. Ia juga aktif dalam berbagai lokakarya internasional.

Inisiatif KSBM dikembangkan bersama Nailis Wildani, sesama alumni dayah yang juga dikenal aktif dalam berbagai seminar dan organisasi kepemudaan di Aceh.

Menurut Saidil, inisiatif ini lahir dari pengalaman pribadi dan keprihatinan terhadap pandangan sebagian masyarakat mengenai masa depan santri, khususnya santriwati.

“Masih sering terdengar ungkapan seperti ‘kepeu neubeh aneuk u dayah’ (untuk apa membuang anak ke dayah), yang menunjukkan pandangan sempit terhadap pendidikan dayah,” ungkapnya.

Pandangan tersebut, lanjut Saidil, menjadi tantangan tersendiri bagi santri perempuan, yang kerap menghadapi ruang gerak yang lebih terbatas dibanding santri laki-laki.

“Jika santri laki-laki masih memiliki peluang besar menjadi imam, khatib, atau pengajar, bagaimana dengan santriwati?” ujarnya.

KSBM berharap, ke depan dapat menyelenggarakan tidak hanya program sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran, tetapi juga pelatihan pengembangan kapasitas dan softskill bagi para santri. Pelatihan ini akan dirancang agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, serta membuka ruang bagi publikasi karya-karya santri yang memiliki nilai jual dan daya saing di masyarakat.

“Kami ingin menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya santri yang berdaya secara keilmuan dan ekonomi, agar tidak ada lagi alumni dayah yang menyesal hanya karena keterbatasan finansial,” kata Saidil.

Sebagai informasi, Saidil Mukammil Bawarith saat ini menjabat sebagai Youth Program Coordinator di International Institute of Peace and Development Studies (IIPDS) yang berbasis di Thailand. Ia aktif dalam berbagai program pengembangan pemuda dan perdamaian di tingkat internasional. [MM]

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *