WARTAGEMA.COM, Banda Aceh – Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh menggelar acara Gelar Wicara Santripreneur dengan tema “Potensi Santripreneur Menuju Kemandirian Ekonomi Aceh” di Gedung Landmark BSI Aceh, Banda Aceh, Selasa (25/3/2025). Acara ini juga dirangkaikan dengan silaturahmi bersama ulama serta buka puasa bersama para santri.
Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) Aceh, yang selama ini berperan aktif dalam mencetak wirausahawan muda berbasis syariah. Dukungan dari BSI Aceh menunjukkan komitmen luas terhadap pengembangan kewirausahaan di lingkungan dayah, yang selama ini lebih banyak berfokus pada pendidikan agama tradisional.
Ketua HIPSI Aceh, Muhammad Balia, menyoroti tantangan yang dihadapi santri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Menurutnya, banyak dayah yang belum memberikan ruang cukup bagi santri untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan. Minimnya akses terhadap pelatihan dan pendampingan bisnis menjadi kendala utama dalam membentuk santripreneur yang mandiri.
“Maka dengan hadirnya HIPSI Aceh, kami yang terdiri dari 60 pengurus dengan berbagai latar belakang keahlian siap membimbing para santri. Apakah ingin menjadi entrepreneur, penulis, atau pelaku UMKM, kami siap mendukung mereka,” ujar Balia.
Ketua HIPSI Aceh, Muhammad Balia
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, HIPSI Aceh telah melatih santri di 30 dayah dalam bidang kewirausahaan. Tahun ini, target mereka lebih besar, yakni membina dan melatih santri dari 100 dayah agar memiliki keterampilan berbisnis yang mumpuni.
Ketua Panitia Gelar Wicara Santripreneur, Nasrul Hadi, menegaskan bahwa acara ini bertujuan untuk memperkuat semangat kewirausahaan di kalangan santri sekaligus mempererat silaturahmi dan meningkatkan spiritualitas di bulan Ramadan. Selain gelar wicara, acara ini juga mencakup pemberian santunan kepada anak yatim serta penyerahan mandat dari Ketua DPW HIPSI Aceh kepada Ketua DPC HIPSI Kota Banda Aceh.
“Kami ingin membuka wawasan santri terhadap potensi ekonomi di lingkungan dayah. Dengan semangat wirausaha, santri dapat lebih mandiri dan berkontribusi bagi perekonomian daerah,” ungkap Nasrul.
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten, seperti Ketua Komisi VII DPR Aceh, H Ilmiza Sa’aduddin Djamal, MBA; Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI), Prof. Dr. Apridar, SE, MSi; ulama terkemuka, Tgk Muhammad Yunus (Abon Yunus); serta Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, yang memberikan sambutan pembuka.
Dalam sesi diskusi, Ilmiza Sa’aduddin Djamal menekankan bahwa santri memiliki potensi besar untuk menjadi pengusaha sukses setelah menyelesaikan pendidikan mereka di dayah. Berdasarkan data per Oktober 2024, terdapat 1.854 dayah di Aceh, dan angka ini terus bertambah.
“Jika kita mampu mewujudkan satu santripreneur di setiap dayah, maka kita akan memiliki 1.854 santripreneur di Aceh. Ini adalah peluang besar yang bisa mendorong perekonomian daerah ke arah yang lebih baik,” ujar Ilmiza.
Ia juga mendorong Pemerintah Aceh untuk mendukung pengembangan santripreneur melalui kebijakan yang mempermudah proses perizinan usaha. Menurutnya, birokrasi yang berbelit bisa menjadi hambatan bagi para santri dalam memulai bisnis mereka.
Sementara itu, Prof. Dr. Apridar mengajak santri untuk tidak takut dalam memulai usaha. Menurutnya, salah satu penghambat terbesar dalam kewirausahaan adalah rasa takut untuk gagal.
“Allah dapat mengangkat derajat ekonomi kita. Kesuksesan adalah hasil dari kerja keras dan izin-Nya. Rasulullah sendiri telah memberikan teladan dalam berbisnis. Jadi, mengapa kita harus ragu?” ujarnya.
Apridar juga menekankan bahwa nilai-nilai Islam dalam bisnis sangat kuat. Jika santripreneur memegang teguh etika Islam dalam berdagang, mereka tidak hanya akan sukses secara finansial, tetapi juga membawa berkah bagi masyarakat.
Tgk Muhammad Yunus menambahkan bahwa santri harus memiliki mental kemandirian. “Jangan hanya berharap pada pekerjaan formal. Santri harus berani menciptakan peluang usaha sendiri,” pesannya.
Ketua MPU Aceh, Tgk H Faisal Ali, dalam pidato pembukaannya menegaskan bahwa ekonomi berbasis syariah harus menjadi landasan utama bagi santri dalam berwirausaha. “Santri harus menjadi pelopor ekonomi berbasis Islam, bukan hanya untuk keuntungan semata, tetapi juga demi keberkahan,” tegasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti Deputi Hubungan Kelembagaan BSI Aceh, Saiful Musadir; Kabid Pemberdayaan Santri Dinas Pendidikan Dayah Aceh (DPDA), Irwan, SHI, MSi; Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah; serta Ketua dan Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRK Banda Aceh, Ramza Harli dan Mehran Gara. Hadir pula ulama karismatik Aceh, Drs. Tgk. H. M Daud Hasbi, MAg; Ketua ICMI Aceh, Dr. Taqwaddin; serta para pimpinan dayah dan perwakilan organisasi kepemudaan.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perbankan syariah, dan akademisi, menambah optimisme bahwa program santripreneur dapat berkembang lebih luas. HIPSI Aceh berharap, dengan semakin banyak santri yang memiliki jiwa wirausaha, ekonomi Aceh akan tumbuh lebih kuat dan mandiri di masa depan. [MM]
WARTAGEMA.COM, Banda Aceh — Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda, Mayor Jenderal TNI Niko Fahrizal, M.Tr. (Han), menyampaikan pesan khusus dalam rangka peringatan Isra […]
WARTAGEMA.COM, Banda Aceh – Setiap hari yang kita jalani adalah hari yang berkurang dari umur kita. Kita harus memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin, merencanakan hidup […]
WARTAGEMA.COM, Banda Aceh – Gampong Lam Geu Eu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, meraih juara pertama dalam ajang Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H […]