Silaturahim Adalah Perintah Agama yang Harus Dijaga

WARTAGEMA.COM, Banda Aceh — Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh, KH. Muhairir Asy’ari, Lc., MA, menyampaikan kajian subuh bertema Silaturahim dalam Perspektif Islam pada Sabtu, 5 April 2025 di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Kajian ini merupakan bagian dari rangkaian halaqah subuh yang rutin dilaksanakan oleh pengurus masjid kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.

Dalam ceramahnya, KH. Muhairir menjelaskan bahwa tradisi halal bihalal atau silaturahim yang lazim dilakukan masyarakat Indonesia, khususnya di bulan Syawal, sejatinya memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam. Silaturahim, menurutnya, bukan sekadar tradisi, melainkan perintah agama yang memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi.

“Istilah silaturahim berasal dari dua kata, yakni silah yang berarti hubungan atau sambungan, dan rahim yang berarti peranakan. Dalam konteks Islam, silaturahim menggambarkan hubungan kasih sayang antar karib-kerabat yang terhubung oleh satu rahim,” jelasnya.

Lebih lanjut, KH. Muhairir menguraikan bahwa meskipun istilah silaturahmi sering digunakan dalam masyarakat, secara makna tetap dapat diterima. “Karena rahmi juga berarti kasih sayang, maka silaturahmi dapat dipahami sebagai menghubungkan kasih sayang antarsesama,” imbuhnya.

KH. Muhairir juga menekankan pentingnya menjaga dan mempererat hubungan dalam keluarga besar atau zawil qurba sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an. Ia mengutip Surah An-Nisa ayat 1 yang menegaskan pentingnya takwa kepada Allah dan menjaga hubungan persaudaraan: “Wattaqullahalladzii tasaaluuna bihi wal-arhaam, innallaaha kaana ‘alaikum raqiiba”.

“Ulul albab atau orang-orang yang berakal adalah mereka yang senantiasa menyambung tali silaturahim sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah,” ujar KH. Muhairir, mengutip pandangan Imam Muhammad Ibnu Allan As-Siddiqi.

Silaturahim, menurut beliau, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya: Pertama, Berbuat Baik (Ihsan). Terutama dalam bentuk bantuan materi untuk memenuhi kebutuhan hidup karib kerabat. Dalam Surah An-Nisa ayat 36, Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat dekat, anak yatim, tetangga, dan kaum miskin.

Kedua, Memberi Sedekah kepada Keluarga. dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah, namun sedekah kepada karib kerabat mendapatkan dua pahala: pahala sedekah dan pahala silaturahim,” (HR. Tirmidzi). Dalam kisah Abu Thalhah dan Zainab ats-Tsaqafiyah, dijelaskan bahwa sedekah kepada keluarga lebih utama karena mengandung dua keutamaan tersebut.

Ketiga, Berbagi Saat Pembagian Warisan, dalam konteks ini, KH. Muhairir mengingatkan pentingnya memberi sebagian harta kepada karib kerabat, anak yatim, dan orang miskin yang hadir saat pembagian warisan, meskipun mereka tidak mendapatkan bagian karena terhalang secara hukum (mahjub). Hal ini berdasarkan Surah An-Nisa ayat 8.

Terakhir adalah Menjaga Hubungan dan Komunikasi yang Baik, dimana  Bentuk silaturahim juga bisa dilakukan dengan saling mengenal, saling mendoakan, serta menjaga komunikasi yang baik dan penuh hormat antarsesama anggota keluarga besar.

Di akhir ceramah, KH. Muhairir berharap masyarakat tidak hanya mempertahankan tradisi silaturahim secara seremonial, tetapi juga memaknainya sebagai bagian dari perintah agama yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan.“Silaturahim adalah sarana mempererat kasih sayang, memperpanjang usia, dan memperluas rezeki. Jangan sia-siakan peluang ini,” pungkasnya. [MM]

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *