Silaturahmi Tanpa Sekat dalam Pertemuan Hangat Dua Pemimpin Aceh Besar

WARTAGEMA.COM, Aceh Besar – Silaturahmi terjalin erat di sebuah rumah sederhana di Gampong Ajun Lamhasan, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Malam itu, Rabu , 5 Februari 2025, Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto SSTP MM, bersama Pj Ketua TP PKK Aceh Besar, Cut Rezky Handayani SIP MM, menyambangi kediaman Bupati Aceh Besar terpilih, Muharram Idris—akrab disapa Syech Muharram. Mereka diterima dengan penuh kehangatan oleh sang tuan rumah dan istrinya, Rita Mayasari.

Dalam sorotan lampu dan obrolan hangat mengalir tanpa sekat, pertemuan itu bukan pertemuan seremoni. Muhammad Iswanto menggambarkan pertemuan ini sebagai sebuah jalinan lama yang kembali erat. “Kami ini sohib lama. Anak-anak kami bersekolah di lembaga pengajian yang sama, dan hampir setiap hari kami bertemu saat menjemput mereka. Malam ini, suasana pertemuan begitu lepas, penuh kekeluargaan, jauh dari nuansa formalitas dan protokoler,” ujarnya dengan nada akrab.

Tak hanya sekadar temu kangen, silaturahmi ini juga menjadi jembatan transisi kepemimpinan yang lebih mulus. Ibarat tongkat estafet dalam perlombaan, kesinambungan harus dijaga agar lari pembangunan Aceh Besar tetap kencang. Dalam perbincangan yang mengalir hingga larut, banyak hal dibahas, termasuk dinamika dan tantangan yang dihadapi daerah ini. Harapannya, pemerintahan baru dapat langsung bekerja efektif untuk meneruskan pembangunan yang telah dirintis.

Syech Muharram, sosok yang dikenal humble dan bersahaja, menaruh harapan besar agar Pj Bupati dan Pj Ketua TP PKK terus memberikan saran konstruktif bagi kepemimpinannya bersama Wakil Bupati terpilih, Syukri A Jalil, selama lima tahun ke depan. “Kami berharap bimbingan dan masukan tetap mengalir, sebagaimana selama ini keterlibatan tim RPJM dalam berbagai aspek pembangunan Aceh Besar sudah berjalan,” ungkapnya dengan senyum tulus.

Tak ada sekat jabatan dalam pertemuan itu. Tak ada skenario resmi, tak ada agenda yang tersusun rapi. Semua mengalir seperti sungai yang menempuh jalannya sendiri. Dalam kehangatan yang sarat makna, perbincangan terus berlanjut hingga detik-detik pergantian hari. Waktu seakan tak terasa saat cerita dan gagasan bertukar di antara mereka. Dan saat malam hampir menyentuh penghujungnya, keduanya berpisah dengan kesan mendalam—bahwa silaturahmi, dalam bentuknya yang paling murni, adalah jalinan hati yang tak mengenal batasan formalitas. [almarmus]

 

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *