WARTAGEMA.COM, Banda Aceh – Menyambut 1 Muharram 1447 H, warga Dusun Jeumpa, Gampong Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, masih setia menjaga tradisi lama yang diwariskan secara turun-temurun. Menurut Bang Adek, Kepala Dusun Jeumpa, malam Tahun Baru Islam diisi dengan kegiatan keagamaan yang sederhana namun sarat makna. “Di gampong kami, tradisinya dimulai dengan shalat berjamaah, lalu dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin,” ujarnya.
Kegiatan tersebut dipimpin oleh Tgk. Abdurrahman, S.Sos.I, selaku Tgk Imum Meunasah Dusun Jeumpa. Suasana berlangsung khidmat. Selain menjadi ajang mempererat silaturahmi, momen ini juga menjadi waktu refleksi spiritual bersama warga dalam menyambut tahun baru Hijriah.
Tahun Baru Islam atau 1 Muharram merupakan salah satu momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Tak hanya menjadi penanda dimulainya kalender Hijriah, tetapi juga momentum untuk mengenang peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah — simbol perjuangan, perubahan, dan pembaruan hidup.
Menariknya, tradisi menyambut tahun baru ini berbeda-beda di setiap negara, memperlihatkan betapa Islam hadir dalam ragam budaya, tapi tetap membawa semangat yang sama: memperbaiki diri dan memperkuat iman.
Di berbagai wilayah Indonesia, malam 1 Muharram diramaikan dengan pawai obor. Anak-anak dan remaja berkeliling kampung membawa obor, bershalawat, dan mengumandangkan takbir. Tak sedikit pula yang menggelar pengajian, doa akhir dan awal tahun, hingga santunan untuk anak yatim.
Di Arab Saudi, tradisi minum susu putih pada pagi 1 Muharram menjadi simbol awal yang bersih dan suci. Di Mesir, tarian sufi menjadi suguhan spiritual sekaligus budaya, sementara di Maroko, roti dibagikan kepada tetangga sebagai lambang kebersamaan dan kepedulian sosial. Tradisi boleh berbeda, tapi nilai yang diusung tetap sama: hijrah menuju kebaikan. []
